Friday, March 16, 2007

BUDAYA BANJAR DAN ISLAM

Masyarakat banjar dan islam memiliki hubungan yang sangat erat, bahkan islam tidak dapat dilepaskan dari keseharian masyarakat ini terlihat dar berbaga adat dan budaya yang banyak berwarna islam,. Terlebih lagi banjar memiliki seorang ulama besar yang menulis berbagai kitab keislaman. Salah satunya adalah kitab Sabilal Muhtadin karya Syekh M. Arsyad Al-Banjari.

Karya beliau ini sangat masyhur bahkan sampai ke negeri tetangga Malaysia. Bahkan Universitas Kebangsaan Malaysia melakukan kunjungan kekabupaten Banjar dalam rangka menghormati tanah kelahiran penulis kitab Sabilal Muhtadin yang dijadikan literature dalam pendidikan di beberapa Negara bagian di Malaysia.

Banjar juga dikenal sebagai sebuah daerah yang agamis dimana masyarkatnya memegang islam dengan sungguh-sungguh, bahkan ada sebuah pameo, adalah hal yang memalukan bila orang banjar tidak bisa membaca Al-qur’an. Ini menunjukkan bahawa perasaan masyarakat akan Islam masih sangat kuat.

Dari sisi bangunan, maka daerah ini dikenal dengan serambi makkah, atau daerah dengan seribu masjid. Karena di banua ini banyak terdapat mesjid yang menjadi lambang bagi keberadaan Islam dan pemeluknya yang mayoritas di daerah ini.

Dari sisi sejarah tidak bias dipungkiri kedekatan islam dan perjuangan anak banua ini menuju kemerdekaan. Semua tidak terlepas dari pengaruh semangat jihad dalam islam. Perjuangan pembebasan banua ini dari penjajahan selalu dibawah komando panglima-panglima muslim yang juga merupakan keturunan ningrat dari raja-raja Banjar Semangat islam dan penerapan hukumnya -terlihat dari penulisan kitab-kitab dengan arab melayu- pada waktu itu, menunjukkan bahwa masyarakat banjar dan budayanya sangat erat dengan Syariat Islam.

Melihat berbagai hal ini, rasanya sangat wajar jika kita sebagai warga banua merasa sangat dekat dengan Islam dan sangat merindukan kembalinya suasana Islami dalam lingkungan kita. Namun sangat menyedihkan banua yang dikenal dengan keIslamannya ini kini tengah kehilangan/ luntur identitasnya.

Lunturnya budaya islam ini bukan pada hal yang berkenaan dengan ibadah sehari-hari, namun pada hal yang lebih besar lagi. Yakni pada hal yang berkenaan dengan social kemasyarakatan. Pada hal yang berkenaan dengan hukum dan pemerintahan. Dimana masyarakt islam banjar tidak lagi berhukum pada Allah tapi pada hukum yang lain. Sehingga mengakibatkan semakin tergerusnya keimanan ummat dan meningkatnya kejahatan moral dikalangan muda seperti seks bebas dikalangan murid SMU bahkan Aliyah, selain itu juga dengan narkoba. Hingga membuat kita bertanya masihkah kita hidup dilingkungan yang Islami?

Dengan semua potensi yang kita miliki sudah sepantasnya jika kita sebagai warga banua merindukan tegaknya kembali islam. Selain karena kedekatan histories juga karena dorongan dien. Sehingga Islam tidak lagi sekedar sebagai mata pelajaran pokok semata tapi juga landasan kehidupan dan standar bagi kemajuan, baik dan buruk dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Dan adalah sebuah hal yang sangat wajar jika kita warga banua yang mengawali penegakkan syariat Islam ini, dan menjadi mulia karena hal ini. Sehingga julukan serambi mekkah benar-benar menunjukkan sebagai serambi dari penegakkan syariat Islam, bukan sekedar sebutan semata. Seperti semboyan kita selama ini “haram mayarah waja sampai kaputing”. Jadi mari kita perjuangkan bersama Islam yang sudah menjadi nafas kehidupan dan sangat dekat dengan keseharian kita ini menjadi pengatur dalam semua bentuk kehidupan kita, dan tentunya dalam bentuk yang telah Allah gariskan yakni Khilafah Islamiyah.

Wallahu a’alam bi shawab.

1 comment: