Dunia mengalami peningkatan konsumsi bahan bakar yang sangat tinggi. ironisnya konsumsi ini justru banyak dilakukan oleh Negara-negara maju yang jelas-jelas miskin sumber daya fosil. Untuk mengatasinya, maka saat ini marak sekali penelitian dan penggunaan biofuel/bioenergi yang dihasilkan dari tanaman yang dapat diperbaharui dan lebih ramah lingkungan.
Banyak jenis tanaman yang dapat diolah menjadi biofuel ini, antara lain bunga matahari, tanaman jarak, kelapa sawit, juga ubikayu. Kebutuhan akan bahan bakar ini membuat para ahli beramai-ramai mengembangkan tanaman-tanaman yang potensial untuk dijadikan bahan bioenergi.
Kebutuhan akan biofuel/bioenergi ini juga tidak lepas dari perhatian pemerintah juga perguruan-perguruan tinggi. Bahkan sudah ada perguruan tinggi ditanah air yang memproduksi bioenergi untuk konsumsi. Selain itu pemerintah juga merespon kebutuhan ini dengan menggalakkan penanaman jarak juga dengan peraturan daerah mengenai penanaman komoditas tertentu dalam rangka biofueli ini, untuk derah-daerah tertentu.
Dilema klasik
Dilain pihak
Penggunaan lahan pada akhirnya akan menjadi pilihan yang sulit, disatu sisi ingin memenuhi kebutuhan pangan dengan keuntungan yang minimal, kita tahu betapa pemerintah tidak pernah bersungguh-sungguh berpihak pada petani padi. Disisi lain ingin mendapatkan keuntungan yang lebih baik dengan menanam tanaman sumber biofuel.
Ini adalah dilema klasik, apa yang mau didahulukan, keuntungan atau pangan? Kesalahan dalam merumuskan hal ini akan berakibat fatal bagi keberlangsungan dan pola pertanian kita kedepan.
Sudah bukan rahasia lagi bila
Apakah kita tidak memerlukan energi alaternatif untuk kedepannya? Apakah cadangan energi migas kita mampu mencukupi kebutuhan energi dalam negri untuk 10 tahun mendatang atau 20 tahun mendatang? Lalu bagaimana bila habis?
Solusi Islam
Dalam islam pangan dan energi (fuel) adalah hal yang menjadi perhatian pemerintah. Pangan menjadi salah satu kebutuhan pokok tiap warga Negara yang menjadi kewajiban pemerintah untuk memenuhinya. Saking pentingnya hal ini maka khalifah Umar bin Khatab pernah memanggul sekarung bahan pangan untuk diberikan pada rakyatnya yang kelaparan. Sehingga dari hal ini maka jelaslah bahwa islam mementingkan perkara pangan ini.
Pangan dalam islam tidak melulu beras, tapi apa saja yang mampu memenuhi keperluan gizi. Bisa berupa gandum, beras, ubi, atau sekedar kurma. Namun pemenuhannyalah yang penting, bukan bentuk pangannya. Ini bisa menjadi solusi altenatif persoalan pangan
Lalu bagaimana dengan persoalan energi. Untuk energi (fuel) yang bersumber dari bumi kaum muslimin (barang tambang), maka pemiliknya adalah seluruh kaum muslimin, bukan Exxon, Pertamina, Baker Oil atau yang lain. Pengelolaanya dilakukan oleh Negara, tidak diserahkan kepada swasta baik dalam bentuk kerjasama, kontrak maupun yang lainnya. Sehingga sumber energi fosil ini dikuasai dan dikelola oleh Negara untuk kepentingan ummat. Dengan pengelolaan seperti ini, maka penggunaan energi akan efektif. Untuk Negara lain maka mereka diperbolehkan untuk membeli energi dari Negara.
Sedangkan untuk energi alternative, maka Negara mendorong dilakukan penelitian dan pengembangan untuk energi alaternatif ini. Dengan catatan penanaman tanaman sumber energi tidak mengurangi areal penanaman tanaman pangan. Bahkan lebih baik bila yang ditanam adalah tanaman pangan tapi juga dapat di jadikan sebagai sumber biofuel seperti ubikayu.
Dengan sumber daya yang dimiliki oleh
Wallahu’alam bi shawab
No comments:
Post a Comment