Monday, September 17, 2007

Curhat

“Para istri itu sulit sekali mengingat kebaikan suami, sehingga ketika diminta menuliskan kebaikan suami dalam waktu 30 menit, tidak satu pun yang berhasil ditulis dan diingat. Namun ketika diminta menuliskan kekurangan/kesalahan suami, maka dalam waktu yang sama berhasil menuliskan minimal 3 lembar.” Begitulah yang disampaikan ustadzah ridha salamah pada training pranikah yang dilaksanakan dimasjid kampus unlam banjarbaru, audiens…. Tentu aja pada senyum atau justru cekikikan. Kemudian beliau melanjutkan

“terimakasih yang pertama kepada suami, tentunya adalah karena suami sudah memilih kita menjadi istrinya, pendamping hidupnya dari sekian banyak wanita yang ada dimuka bumi ini ……..” ketika mendengar ini reaksi pertamaku adalah para setan dihatiku langsung beraksi, yup gimana tidak, “enak aja milih!!” “Memangnya memilih itu Cuma haknya para pria!!” Waaaa aura feminisku mulai muncul, kebencian akan dominasi pria ini menimbulkan penolakan dan perlawanan dari dalam jiwa yang memang sudah berpembawaan pemberontak. Muncul berbagai opsi dan penyanggahan yang terlontar dalam benak “memangnya cewek ga bisa milih?” atau “kecakepan banget milih, emang tu cowok kepedean, belum tentu juga diterima” bahkan yang paling ekstrem “ga bakal deh” atau “tunggu deh sampe salju turun di banjarbaru”

Ternyata aku manusia biasa, lemah dan jahil, setelah direnungi apa yang disampaikan oleh pemateri adalah sesuatu yang sangat indah dan memang benar. Yup berubah pikiran dalam 5 detik. Karena segala sesuatu itu tidak bisa dipandang dari keinginan pribadi namun dipandang dari sudut imani. Dengan sudut pandang imani inilah kutemukan bahwa Allah mengatur dan menetapkan dengan adil. Karena pernikahan di tujukan untuk mendapatkan ketenangan dan kebahagian serta perjalanan bersama menuju syurga Allah.
Dan memang akan sangat sulit sekali menerima seseorang yang bukan diri kita untuk menjadi pemimpin kita, merelakan kebebasan kita, selera pribadi dan keuangan pribadi tentunya. Itu sebabnya posisi sebagai ibu dan pengatur rumah tangga diganjar Allah dengan pahala yang besar bahkan seorang istri yang diridhoi suaminya juga akan mendapatkan ridho Allah.

Kini dalam benakku, sungguh ibunda saudah yang diperistri zaid (eks sahayanya Rasul) adalah wanita hebat karena tidak memandang posisi suaminya dimasyarakat namun keimanannya, dan merelakan dirinya menjadi pencetak generasi yang tangguh. Begitu juga dengan ibunda Khadijah yang menikahi pemuda yang 15 tahun lebih muda darinya namun tetap menghormatinya dan menjadi sahabat sejati bagi suaminya juga mendidik anak-anaknya menjadi permata ummat.

Muslimah memang keren!! Aturan Allah memang ga ada matinya. Sehingga yang diperlukan saat ini adalah keikhlasan untuk menjalaninya dengan kesadaran yang tinggi sebagai seorang hamba bukan yang lain.

2 comments:

  1. itulah apa yg Nabi bilang wanita itu lemah akalnya, (bukan mo bilang ga cerdas lho...)tetapi perempuan emang lebih sensi. Lagian gini juga kan mbak, cewek tuh menang nolak, kalao milih emang hak cowok tapi nolak pa nerima kan hak cewek...setuju ga?

    ReplyDelete
  2. pernikahan menghajatkan suami dan istri untuk melebur ego masing-masing. saling melengkapi dan menyempurnakan. bukan saling menuntut sempurna satu sama lain.

    ReplyDelete