Thursday, January 22, 2009

oedipus complex dan krisis karakter

Oedipus Complex dalam aliran psikoanalisis Sigmund Freud merujuk pada suatu tahapan perkembangan psikoseksual di masa anak-anak saat anak dari kedua jenis kelamin menganggap ayah mereka sebagai musuh dan saingan dalam meraih cinta secara eksklusif dari ibunya.

Oedipus diambil dari mitologi yunani, namun ada beberapa kalangan yang menganggap bahwa Oedipus adalah raja thebes, yang menikahi ibu kandungnya dan membunuh ayahnya.

Pada saat ini Oedipus complex digunakan sebagai penyebutan bagi para pria yang menyukai wanita yang lebih tua. Ada banyak pesohor menyukai wanita yang lebih tua, meski mereka berkilah tidak mengidap Oedipus complex.

Kedewasaan adalah alasan yang sering diajukan para pria ini, ketika mereka memilih wanita yang lebih berumur. Tidak bisa dipungkiri kedewasaan kadang identik dengan deret usia seseorang, meski tidak selamanya tepat. Stimulasi media, pendidikan saat ini, dan pola pengasuhan keluarga, serta lingkungan (peer group) adalah hal yang mempengaruhi kematangan seseorang. Dengan gencarnya gempuran media saat ini anak-anak menjadi lebih cepat dewasa secara seksual tapi tidak secara mental. Tontonan dan bacaan yang tidak mendidik mudah didapat, namun rasa tanggung jawab dan kemampuan menyelesaikan masalah sangat sulit didapat. Sehingga anak-anak yang seharusnya masih ‘anak-anak’ sudah menjadi “dewasa”, namun ketika menghadapi masalah ternyata masih “anak-anak” atau orang dewasa yang ternyata masih anak-anak dalam menghadapi persoalan

Karakter adalah sesuatu yang dibentuk oleh pemahaman (yang didapatkan dalam pendidikan), lingkungan. Karakter anak-anak saat ini yang mau mudahnya saja, tidak mau berusaha, hedonis, dan serba instant merupakan kesulitan sendiri dalam menjalin sebuah hubungan yang dewasa dan penuh tanggungjawab. Karena ketidak mampuan inilah membuat tidak sedikit para pria menyukai wanita yang lebih berumur yang notebene lebih matang.

Dari sisi wanita sendiri, menikah dengan pria yang lebih muda selalu menjadi kesulitan tersendiri. Karena pada dasarnya wanita berharap pria (suami) dapat menjadi pemimpin baginya dan pengambilan keputusan bagi rumah tangganya, yang terkadang tidak dipenuhi oleh pria yang lebih muda ini. Belum tuntutan yang lain.

Pada dasarnya apapun bentuk hubungan antara pria dan wanita, islam memiliki aturannya sendiri. Islam mengatur bahwa hubungan pria dan wanita diikat dalam pernikahan, dimana didalamnya iman dan taqwa adalah standar utama, bukan usia, materi atau penampilan, bahkan prestise. Pada akhirnya Oedipus complex or not, selama iman dan taqwa dijadikan patokan maka perjalanan hubungan tadi akan menuju pada akhir yang bahagia, karena masing-masing pihak memahami hak dan kewajiban masing-masing.

Wallahu ‘alam….

2 comments:

  1. di dalam fiqh islam ada yang namanya kufu artinya kesetaraan, klo perbedaan usia terlalu jauh akan menjadi bom waktu di usia menopause. Saya pernah ditanya nabi muhammad saw aza menikah dgn khadijah beda usia 15 tahun. Itu Nabi Muhammad diberi Allah lagi jodoh siti aisyah yang usianya sangat muda. Apakah wanita sekarang mau dipoligami ? Lagian nabi basyaranlakalbasyar (manusia ttp tdk seperti manusia). Andai setiap manusia menjaga dirinya sendiri dan keluarganya aza...dari api neraka, maka dunia laksana sorga.

    ReplyDelete
  2. menurut saya oedipus complex dapat terjadi karna kebutuhan seorang pria terhadap wanita dewasa yang sudah lebuh banyak mengerti tentang hidup...dan biasanya pria-pria tersebut mengalami masalah2 kehidupan yang sangat berat yang membuatnya lebih membutuhkan wanita dewasa yang dapat memberikannya pendapat dari pada perempuan muda yang mungkin tidak berpengalaman tetapi hanya dapat menjadi pendengar

    ReplyDelete