Thursday, December 27, 2007

Semester Satu

Kenangan adalah sesuatu yang aneh, dia datang dan pergi tanpa diminta.

Ketika ingin dilupakan malah hadir, namun ketika diingat tak ada yang jelas. Ini adalah kenanganku mengenai semester satu. Yup semua mahasiswa pasti mengalami hal ini dan semester satu selalu membawa banyak cerita sendiri. Sementara ini sudah dua kali aku mengalami semester satu dan keduanya membawa kenangan tersendiri.

Pertama kali aku mengalami semester satu adalah agustus 1998, tahun yang ngetop dengan pergerakan reformasi itu, sedikit banyak membantu ku menentukan arah hidupku kedapan. Namun yang paling berperan adalah pada 9 desember 1998. masih dalam suasana penyesuaian dan kesibukan semester satu, goncangan itu hadir tanggal itu adalah tanggal meninggalnya seorang pria yang ku cintai dan mencintaiku dengan tulus. My grand pa. Kakek yang selama ini menjadi panutan dan kebanggaan keluarga meninggal karena penyakit lever, rasanya tidak ada yang mengejutkan selain hal itu karena beliau meninggal 15 menit setelah kami meninggalkan rumah sakit untuk menjenguk beliau, bahkan kami masih dijalan ketika berita itu sampai. Sedih dan bingung adalah reaksi pertama ku terlintas dibenakku tidak akan adalagi seorang Amir Sofyan yang akan memarahiku, menyayangiku dan adik-adikku.

Semester satu tahun 1998 itu ku habiskan dengan perasaan sedih dan pemikiran yang membawaku pada jalan ini. Beliau hidup dengan nama yang amat baik Amir Sofyan ”pemimpin mulia” dan telah menjadi pemimpin bagi keluarga besar kami dengan sukses. Kepergian beliau membuatku meninjau ulang tujuan hidupku dan apa yang telah kuperbuat. Terlambat memang namun masih lebih baik daripada tidak. Beliau seorang muslim yang taat yang sempat kukatai kuno dan membosankan, tak heran aku menjadi cucu paling bandel namun sekaligus kebanggaannya yang membuatnya selalu menasehati ku lebih banyak dibanding cucu yang lainnya. Setelah kepergiaan beliau aku mendapati bahwa apa yang beliau sampaikan, nasehatkan, dan peringatkan kepadaku adalah benar. Illahi Rabbi itu real, surga itu nyata dan ketaatan itu pasti dan semua adalah hasil dari pembuktian iman yang kokoh, itu kudapatkan setelah aku kehilangan kakekku.

Kemudian awal tahun 2007 ini adalah akhir semester satu berikutnya yang kualami, pagi itu kami mendapat telpon dari jauh (seberang laut) yang mengejutkan. Kakekku meninggal. Ya setiap orang pasti punya dua orang kakek kan, -- dari pihak ibu dan dari pihak ayah -- begitu juga aku. Sekali lagi aku mengalami semester satu dengan penyesuaian aktivitas dan sekali lagi aku mendapati berita duka mengenai pria yang juga ku cintai.

Meski sekali lagi mengalami kesedihan, namun ada yang berbeda karena kini dengan pegangan yang kokoh aku lebih mampu menghadapinya, dan menjalaninya dengan baik. Hal ini justru semakin mengokohkan ku bahwa Allah maha kuasa atas segala sesuatu.

Kini di semester tiga ini aku berharap semakin matang mengahadapi segala sesuatu dan berharap Allah menjadi petunjuk jalanku. Sehingga bila nanti Allah beri ku rizki untuk menghadapi semester satu lagi, aku berharap Allah tidak mengambil orang-orang yang kucintai lagi.

No comments:

Post a Comment