Sunday, August 7, 2011

being a parent

banyak dari kita yang mengaku sudah siap menikah dengan berbagai alasan, mulai dari karena sudah bekerja sehingga menganggap diri siap untuk menikah, sampai yang emang mengaku siap menikah karena emang udah keburu umur (??? ^_^) dan ada juga karena emang pengen banget menikah sehingga dia yakin udah siap nikah...

ehmmm kenapa kali ini kita ngomongin nikah ya?
semua berawal dari pembicaraan di room dengan salah seorang teman jauh.... - jauh beneran ini- beberapa waktu lalu. seperti biasa sebagai senior yang baik hati dan tidak sombong juga rajin menabung yang selalu menjadi curahan hati para junior (halah_) diriku selalu dimintai tolong dan salah satunya adalah dimintai tolong menjadi MC. - tau dunk jadi mc, itu lho disuatu acara yang jadi bawa acara- bukan, bukan MC itu tapi MC sebagai Mak Comblang. nah si adik ini mempercayakan urusan jodohnya ditangan senior terpercayanya ini. akhirnya penentuan kriteria pun dilakukan.... tapi setelah beberapa kali dialog ternyata yang ada malah kesel, soalnya tu adek bukannya terlihat kesiapannya malah keliatan ga jelasnya...

nah itulah kesiapan untuk menikah bukanlah sebuah pengakuan semata namun terlihat dari sebuah sikap dan penerimaan terhadap calon pasangan dan ini yang tidak dimiliki oleh banyak pihak. sering kali terdengar kalimat, "kalo dengan yang itu ga mau ah" atau "amun dengan yang itu ulun hakun ae ka ae" tapi tidak sedikit juga yang siap menikah sehingga dengan yang mana pun asal bukan kakinya empat, tetap setuju.

namun tidak sedikit juga kesiapan menikah dengan berbagai alasannya -mulai dari terlanjur cinta, kelamaan pacaran, dikejar umur, udah mapan dlll- tidak dibarengi dengan kesiapan menjadi orang tua.

menjadi orang tua, berbeda dengan menjadi pasangan (baca: suami-istri). menjadi orang tua tidak sekedar siap secara materi dan fisik tapi juga secara ilmu. karena tidaklah gampang menjadi orang tua, disaat orang tertidur lelap kita harus bangun untuk menyusui, ganti popok bahkan nemenin main. disaat orang lain mengejar karir kita harus berbagi karena sikecil sakit, dan harus ekstra mendidik dan memberi contoh -nah ga bisa lagi tu ngomong sembarangan, dan bersikap sembarangan, langsung ditiru- hal seperti inilah yang harus diperhitungkan oleh banyak orang yang memutuskan being a parent.

mendidik anak tidak lah semudah akad nikah yang selesai dalam waktu 15 menit, bahkan 15 tahun pun bukan waktu yang cukup sehingga membuat kita menjadi ahli, anak memerlukan lebih dari sekedar biaya dan perawatan yang tinggi, tapi juga pengorbanan yang tinggi. kita tidak lagi bisa egois, sebelumnya pulang kerja tanpa ganti baju langsung berbaring sepatu, tas diletakkan disembarang tempat, tidur sampai siang, mandi malas-malasan, sholat diakhir waktu, trus anak dititip sama pengasuh (mulai dari lpengasuh beneran sampe pengasuh berupa kakek/nenek) belum lagi urusan makannya -diserahkan pada hal instan... wah dijamin dah tuw anak ga jauh sama prilaku ortunya. meski sepele justru hal seperti ini yang banyak dilalaikan oleh para pasangan. -kebayang ga gimana generasi mendatang-

mendidik anak dalam islam adalah hal besar yang bagi pelaksanannya diganjar dengan pahala yang besar. kenapa?
karena anak adalah generasi yang akan meneruskan kejayaan atau juga kehancuran suatu kaum hadist rasul "anak dilahirkan dalam keadaan fitri/suci, orang tualah yang menjadikan nya nasrani, yahudi atau majusi". itu artinya orang tualah yang akan bertanggung jawab pertama kali terhadap pembentukan si anak. jadi jangan heran klo ntar di akherat banyak orang tua yang terganjal karena anak, dan banyak juga -ingat diakherat ntar orangnya ada banyak- yang tertolong karena anak.

soooooo.... pertanyaan berikutnya adalah, sudahkah kita siap menjadi orang tua? bukan sekedar menjadi pasangan hidup yang menyenangkan bagi pasangan kita? bertanggung jawab terhadap pertumbuhan seorang anak/manusia dan bertanggung jawab terhadap keberlangsungan agama Allah? jawabnya silakan direnungkan sendiri....
wassalam

No comments:

Post a Comment