Monday, September 28, 2009

global warming, asumsi atau reality??

sepenggal pertanyaan itu yang singgah setelah membaca buku tulisan michael crichton berjudul "state of Fear". buku ini bercerita tentang seorang pengacara muda yag terjebak dalam opini Global Warming, apakah hal ini benar atau hanya sekedar "isu" bagi kepentingan orang-orang tertentu.

global warming memang isu penting dalam beberapa dekade ini, dan perdebatan mengenai hal ini sudah sedemikian "wah-nya" karena di lengkapi dengan berbagai data dan fakta. buku ini mengungkapkan satu sisi berbeda mengenai global warming itu sendiri dan juga didukung dengan segenap data dan hasil penelitian yang juga tidak sedikit dan tidak kalah akurat.

terlepas dari perdebatan apakah global warming sebuah ancaman atau sebuah siklus biasa, kalimat yang menarik adalah: "bahwa sebuah negara dijalan kan karena rasa takut". ketakutan terhadap sesuatu membuat orang-orang lebih mudah diatur. sebelumnya rasa takut akan perang dingin melawan soviet dan ideologi kirinya, setelah soviet runtuh maka diciptakanlah musuh baru yakni Islam dengan terorisme nya. namun ketika isu ini perlahan terkikis maka diciptakanlah sebuah monster bersama yang disebut "Global WArming".

data yang disajikan dalam buku ini mengenai konspirasi dibalik isu global warming ini lumayan akurat. namun yang paling penting adalah mengingat bahwa ternyata barat memerlukan musuh bersama untuk menciptakan rasa takut dalam rangka mengendalikan rakyatnya. apapun bentuk "monsternya".

wallahu 'alam

Friday, September 25, 2009

Hasil pemeriksaan terakhir

begini hasil pemeriksaan terakhir
nama : hanee
tinggi : 157 cm
berat badan : 44, 6 Kg (petugas: "tambah 3 -5 kg lagi supaya ideal" -- aq "ini dah naik 1 kg (ngeyel mode on) dibandingin sebelum puasa")

kandungan Air tubuh : 50,8% (petugas: "bagus")

massa lemak : 16,4 kg (petugas: "dikit banget kan idealnya 20 kg banyak makan daging ya" --disertai lirikan sebel -- aq: eh bukan salahku kan klo langsing -_-)

massa otot: (lupa angka tepatnya) (petuga: bagus -- tanpa senyum)

Gula darah: 174 (petugas: diem aja, aq: normalnya berapa? petugas:"dibawah 200" -- oh oke)
asam urat: (lupa juga) (petugas:"oke")

tekanan darah: 90/60 (petugas: "rendah banget si --lirikan judesnya keluar-- 100 aja masih ga normal, heran lu masih idup!" aq: heee )

setelah pemeriksaan selesai " pan bisa aja alatna rusak, lagi kan juga tuh alat belum dikalibrasi jadi errornya tinggi"
sipetugas masih dengan tatapan aneh.
kesimpulan: kurang gizi, ga sehat jadi banyak makan ya!

whatttt bisa ngamuk ahli gizi di rumah, kan bukan salah ku punya badan tipis, toh selama ini ga ada keluhan.

dimana-mana yang namanya peneliti emang ga ada yang gemuk, karena kerja berfikir selalu lebih berat dibanding kerja fisik, memakan energi lebih banyak gitu loh...
yang gemuk itu dimana-mana cuma penguasa karena kebanyakan korupsi dan sedikit mikir, klo mikir juga gimana caranya supaya tetap berkuasa. sudah ah buat semua:

MInal Aidin Wal Faidzin
Mohon maaf Lahir dan Bathin

next klo kalian periksa kesehatan jangan mau yang gratisan apalagi sama keluarga sendiri dijamin bakal dapat lirikan sinis seperti diriku...

Tuesday, September 1, 2009

100 juta vs 6,7 T

yups ga salah banget 100jt vs 6,7 T sapa yang menang?
hehe inilah salah satu ironi di negeri endonesah tercinta ini. karena ternyata unutk ngeluari uang 100jt aja beratnya minta ampyun, but giliran 6,7 T langsung tanpa pertimbangan dan basa-basi, gimana ceritanya? begini deh:

well kabut asap sudah bukan fenomena aneh di bumi kalimantan selama musim kemarau, bahkan percaya atau tidak kabut asap sudah ditunggu-tunggu (--buktinya banyak orang yang udah nyiapin masker--) bahkan kabut asap ini pengikat cinta sesama warga kalimantan. soale hanya musim kemarau ini para pejabat dan elite di tingkat daerah saling sapa untu mencari tau siapa pengirim sebenarnya kabut asap ini (nah lho).

nah untuk mengurangi (belum bisa dihilangkan soale) kabut asap ini yang diperlukan adalah HUJAN yups cuma hujan. karena hujan akan mematikan titik-titik api yang tersebar diseantero kalimantan. persoalannya, namanya juga KEMARAU mau dapat hujan dari mana??? akhirnya hujan buatan adalah solusinya.

untuk membuat si hujan ini diperlukan biaya sebesar 100jt, dalam satu kali pembuatannya dengan tingkat presisi yang rendah. karena terlalu banyak faktor yang tidak dapat diprediksi dan terlalu sulit menetapkan lokasi yang ingin di guyur hujan. sederhanya bikin hujan tidak menguntungkan secara ekonomi.

jadi berat sekali buat pemerintah mengeluarkan uang minimal 50x100jt untuk mematikan titik-titik api si sumber kabut asap dengan hujan buatan (dengan asumsi ada 50 titik-titik api pd faktanya lebih). dilain pihak pemerintah juga mengeluarkan 6,7 T sebagai dana bagi BANK CENTURY.

oke dari sisi pemerintah itu adalah hak mereka kemana mereka mengalokasikan uang rakyat. tapi pemerintah kok ga punya perasaan si? kabut asap ini bikin usia harapan hidup masyarakat jadi lebih rendah lagi, roda perekonomian di daerah jadi tersendat karena jarak pandang yang semakin pendek (bayangin 150 m). nah kalo bank century? biarin aja kenapa? toh pemiliknya dah pada lari keluar negeri nyante disana, kok bisa si rakyat yang disuruh bayarin, pan yang bankrut mereka, cape deh...
wajar klo kemudian ada tokoh nasional yang menyebutkan pemberian dana sebesar 6,7 T kepada bank century adalah perampokan!!!

jadi karena 100jt itu sedemikian berat didapat jadi warga kalimantan harap bersabar ya, terima ajah dan nikmati ajah kabut asapnya, klo kemudian paru2 berubah warna yah nikmati sajah anggap ciri khas sebagai warga kalimantan...